Kamis, 23 Juli 2015

bentuk kepemimpinan menurut Al-Qur'an



BAB.I
PENDAHULUAN
A.  LATAR BELAKANG
Di dunia saat ini memiliki sebuah permasalahan yang cukup rumit dan berbahaya, yaitu berdirinya organisasi pemberontak atau teroris yang bermuara keagama islam. Para pemberontak maupun teroris itu mengatas namakan agama islam sebagai dasar dalam perjuangan mereka yang ingin mendirikan negara khalifah yang menggunakan syariat islam. Pandangan organisasi tersebut dalam mengkaji kepemimpinan yang sesuai dengan syariat islam mungkin saja benar atau bahkan salah, untuk itu kita harus mengetahui bentuk pemerintahan seperti apa yang terkandung dalam Al-Qur’an. Al-Qur’an tidak menjelaskan bentuk pemerintahan secara spesifik, hal inilah yang memunculkan perbedaan pendapat dari berbagai kalangan sehingga menuai masalah dan pro kontra dari paradigma yang muncul.
Paradigma mengenai bentuk kepemimpinan atau pemerintahan seperti apapun itu tidak dapat dinyatakan salah maupun benar selama masih memiliki dasar Al-Qur’an ataupun hadist. Lalu bentuk kepemimpinan seperti apa yang sesuai dengan Al-Qur’an? Atau bahkan tidak ada bentuk pemerintahan atau kepemimpinan yang sesuai dengan Al-Qur’an? Menerka secara sembarang tentu tidak bisa kita pastikan kebenaranya namun kalau diperlukan penafsiran yang mendalam juga tidak pasti kebenaranya karena para ahli atau alim ulama’pun menemukan khilafiyat dalam menentukan hal tersebut. Pada intinya kita tidak boleh membenarkan pendapat kita mengenai kepemimpinan menurut Al-Qur’an tersebut, kita harus menerima kritikan dari para ahli mengenai paradigm kita. Dalam makalah ini saya akan mencoba menganalisa masalah kepemimpinan menurut Al-Qur’an untuk menumpahkan segala kerisauan agar menjadi jelas pandangan saya dan dapat dijadikan pandangan bagi para pembaca.

B.  RUMUSAN MASALAH
Melihat latar belakang yang saya tulis saya akan mencoba menjawab pertanyaan sebagai berikut: bagaimana kepemimpinan menurut Al-Qur’an?




BAB.II
PEMBAHASAN

A.  SEJARAH KEPEMIMPINAN DALAM ISLAM
Masalah pertama yang dihadapi terkait dilema kepemimpinan islam terjadi sesaat setelah nabi Muhammad wafat yaitu masalah pengangkatan pemimpin yang menuai perdebatan panjang, jalan yang di tempuhpun melalui jalur musyawarah sesuai dengan anujuran nabi Muhammad. Calon terkuat berasal dari keluarga ternama dari kaum anshar dan muhajirn, terjadi berbagai proses perdebatan dan diplomasi sampai terpilihlah Abu Bakar r.a sebagai khalifah, setelah dibaiat sebagai khalifah masih saja terjadi masalah yang memakan waktu cukup lama. Disatu sisi Abu Bakar r.a tidak dapat menghianati amanah atau hasil musyawarah disisi lain beliau tidak dapat menentang anak nabi Muhammad SAW yaitu aisyah yang tidak setuju dengan terpilihnya Abu Bakar r.a karena dipandang bahwa Ali bin Abi Thalib lebih pantas.
Bentuk pemerintahan Abu Bakar memang tidak sistematis seperti sekarang ini, beliau melakukan pengangkatan amir diberbagai daerah dan membuat kebijakan kebijakan yang sesuai dengan syariat tentu dalam masa pemerintahanya ada pejabat penting seperti sekertaris dan bendahara. Segala kebijakanya menyesuaikan dengan Al-Qur’an dan hadist. Abu Bakar memandang bahwa caranya terpilih menjadi khalifah dengan musyawarah menimbulkan banyak konflik sehingga ia menunjuk secara langsung Umar bin Khatab r.a sebagai khalifah berikutnya, hal inilah yang tidak diakukan oleh nabi Muhammad SAW meskipun dikatakan nabi Muhammad telah menunjuk Ali bin Abi thalib sebagai pemimpin berikutnya secara tidak langsung melainkan dengan hadist yang selalu mengunggulkan sahabat ali tersebut. Terlepas dari hal itu Abu Bakar tidak membuat suatu kesalahan, kebijakanya dimaksud untuk tidak menimbulkan masalah seperti saat pengangkatanya.
Dimasa selanjutnya pemimpin ditujuk oleh pemimpin sebelumnya, Umar menunjuk Utsman namun dengan adanya insiden pembunuhan utsman yang belum sempat menunjuk pemimpin selanjutnya dengan terpaksa kaum terkemuka memilih Ali bin Abi Thalib r.a sebagai pemimpin selanjutnya. Dalam masa kepemimpinan empat khalifah tersebut selalu melakukan hal yang tidak jauh berbeda dengan kepemimpinan nabi Muhammad SAW yaitu berjalan tanpa adanya bentuk pemerintahan yang pasti namu dapat dikatakan sebagai bentuk khalifah yang saat ini ingin didirikan lagi oleh beberapa organisasi.
Dimasa kepemimpinan Ali bin Abi Thalib terjadi banyak permaslahan seperti perpecahan, untuk menyatukan kembali umat islam, khalifah Ali menyerahkan tampuk kepemimpinan kepada Muawiyah bin Abu Sufyan yang menggunakan sistem kerajaan pada masa kepemimpinanya sampai pada akhirnya terjadi pemberontakan sehingga diambil alih oleh bani Abasiyah. Permasalahan yang terjadi saat itu memang menimbulkan banyak sekali perpecahan dalam umat islam hingga kini banyak sekali sistem pemerintahan yang dinyatakan sesuai dengan syariat islam, ada yang tetap menggunakan sistem kerajaan dan adapula yang menggunakan sistem demokrasi.  

B.  AYAT AL-QUR’AN MENGENAI PEMERINTAHAN DAN KEPEMIMPINAN
Ketika membicarakan hal yang berkaitan dengan Al-Qur’an tentu Al-Qur’an lah pedoman kita, untuk itu akan saya sajikan beberapa ayat yang berhubungan dengan permasalahan yang sedang dalam bahasan ini, berikut ayat ayat Al-Qur’an dalam bentuk terjemahanya:
1.      Keadilan (QS.5:8) Berlaku adillah kalian karena adil itu lebih dekat kepada taqwa.
2.      Musyawarah (QS. 42:38) Sedang urusan mereka diputuskan dengan musyawarah di antara mereka.
3.      Menegakkan kebaikan dan mencegah kemungkaran (QS. 3:110) Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar, dan berimanlah kepada Allah.
4.      Perdamaian dan persaudaraan (QS. 49:10) Sesungguhnya orang-orang yang beriman adalah bersaudara karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertaqkwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat.
5.      Keamanan (QS. 2:126) Dan ingatlah ketika Ibrahim berdo'a, Ya Tuhanku jadikanlah negeri ini negeri yang aman sentosa.
6.      Persamaan (QS. 16:97 dan 40:40) Barang siapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik (QS. 16:97).
7.      Al-qur’an surat An-nur ayat 55
Allah telah berjanji pada orang-orang yang beriman dan beramal saleh, bahwa ia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa dimuka bumi, sebagaimana ia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa.
8.      Al-Qur’an Surat an Nisa ayat 59
Hai orang-orang yang beriman, ta’atilah Allah dan ta’atilah Rasul-Nya, dan Uli al-Amri diantara kamu. Kemudian jika kalian berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (al-Qur’an) dan Rasulnya (al-Sunnah), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu)dan lebih baik akibatnya.
9.      Quran Surat an Nisa ayat 83
Dan apabila mereka ditimpa suatu hal, keamanan atau ketakutan, mereka siarkan (kepada musuh). Dan kalau mereka serahkan hal itu kepada Rasul atau kepada Ulil Amri (yang mempunyai urusan diantara kamu), niscaya orang-orang yang meneliti diantara mereka mengetahui hal itu.
10.  Quran Surat an Nisa ayat 58
Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha mendengar lagi Maha melihat
Dari ayat ayat diatas memang saya sendiri tidak berani untuk menafsirkanya namun kita dapat menyimpulkan bahwa harus ada suatu bentuk pemerintahan yang mengunggulkan hukum hukum islam sesuai dengan Al-Qur’an dan hadist. Memang jelas bahwa dalam ayat ayat Al-Qur’an tidak ada yang menyebutkan bentuk pemerintahan secara pasti dan sistematis.
C.  BENTUK PEMERINTAHAN MENURUT AL-QUR’AN
Meskipun bentuk pemerintahan tidak pasti disebutkan namun kita dapat memebrikan pendapat berdasarkan sejarah dan Al-Qur’an itu sendiri. Dari beberapa penjelasan diatas saya berspekulasi bahwa islam tidak membuat suatu bentuk pemerintahan namun islam itu sendiri adalam sebuah pemerintahan oleh sebab itu dimasa nabi Muhammad dan para khalifah tidak membentuk sebuah pemerintahan seperti halnya demokrasi, kerajaan, dll. Bentuk kekhalifahan itu adalah sebuah pedoman atau pengadil dari berbagai masalah agar dalam mengkaji hukum islam tidak sembarang menerka, artinya seorang pemimpin harus faham betul menganai syariat islam yang dimaksud nabi Muhammad SAW. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa seiring berkembangnya zaman sistem pemerintahan perlu dibentuk dengan sistem yang baik tanpa merusak kedaulatan negara maupun agama. Zaman telah berubah yang pada zaman rasul tidak mengenal wilayah secara pasti dalam artian kedaulatan wilayah merupakan sesuatu yang abstrak sehingga dalam pemerintahanya cukup dengan berbagai pengaturan yang sederhana seperti pada zmanya begitu juga kebijakan yang keluar selalu disesuaikan pada zamanya.
Zaman sekarang ini sudah mengenal pemerintahan internasional, hubungan antar Negara menjadi lebih sering dijalankan, paham paham mengenai ideologi bermunculan. Jika islam berjalan seperti pada masanya khalifah mungkin akan terjadi banyak kekacauan. Untuk itulah Al-Qur’an tidak menyebut secara pasti sistem pemerintahan dalam sebuah wilayah.
Pembahasan ini dapat dikatakan bahwa adanya sebuah kebebasan bagi setiap orang atau wilayah untuk membentuk sebuah sistem pemerintahan sendiri ataupun mengadopsi sistem pemerintahan ala kuno maupun barat. Perintah yang tertera dalam Al-Qur’an adalah untuk menegakan keadilan dan mensejahterakan umat juga perdamaian. Mengenai masalah yang terjadi pada sistem pemerintahan dari masa ke masa bukanlah soal kesalahan dalam membuat sistem semata namun bisa jadi merupakan proses, keharusan untuk menyesuaikan zaman, atau bahkan karena perilaku masyarakat dan pemimpinya yang tidak menjalankan perintah Allah secara benar (penyalahgunaan kekuasaan).
Persoalan pemimpin juga merupakan hal yang selalu didebatkan namun melihat kenyataan bahwa tidak ada lagi nabi maka pemilihan dengan penunjukan dan musyawarah adalah hal yang menurut saya paling baik karena hal itu dijalankan oleh sahabat rasul yang telah dijamin dan diwajibkan untuk ditaati oleh rasulallah.




BAB.III
PENUTUPAN
A.  KESIMPULAN
Kepemimpinan dan bentuk pemerintahan yang sesuai dengan Al-Qur’an memang tidak dapat dipastikan sebagaimana telah dijelaskan diatas. Permasalahan ini bukanlah permasalahan yang sederhana tapi juga tidak harus dipersulit, seperti kata kata yang sering kita dengar bahwa islam itu mudah tapi bukan dipermudah. Dengan berbagai penjelasan melalui sejarah, ayat ayat Al-Qur’an dan beberapa analisa yang tertera diatas dapat disimpulkan bahwa bentuk pemerintahan tidaklah penting sesuai atau tidaknya dengan Al-Qur’an. Ini bukan soal tidak mementingkan Al-Qur’an tapi karena Al-Qur’an itu sendiri tidak menyajikan bentuk pemerintahan yang pasti.
Bentuk pemerintahan seperti apapun itu asalkan mendamaikan umat islam tentu akan sendirinya kesalahan dalam system akan diluruskan oleh Allah SWT. Karena perintah Allah merujuk kepada pemimpin yang harus berlaku adil, mensejahterakan dan mendamakan maka segala keadaan sebuah wilayah bukanlah ditentukan oleh system yang ada melainkan tanggung jawab seorang pemimpin dalam menerapkan syariat islam juga masyarakat yang patuh dengan pemimpinya.
Bentuk kepemimpinan menurut Al-Qur’an adalah sebuah kepemimpinan yang dapat membebaskan masyarakat dalam mengamalkan ajaran islam tanpa batasan dan dapat mengadili konflik sesuai syariat dan contoh dari rasul maupun sahabatnya. Seorang pemimpin harus memiliki sifat sifat yang dimiliki seorang nabi, oleh sebab itu memilih atau menunjuk pemimpin bukan suatu hal yang mudah dilakukan, begitu juga menjadi pemimpin bukan hal yang mudah. Pada akhirnya bentuk kepemimpinan yang sesuai dengan Al-Qur’an bukan diukur dari bentuk kepemimpinanya melainkan caranya memimpin. Perdebatan mengenai bentuk pemerintahan yang sesuai atau tidak dengan Al-Qur’an adalah hal yang sia sia.

masalah kepemimpinan dalam islam

BAB I
PENDAHULUAN
1.1  LATAR BELAKANG
Pemimpin dan kepemimpinan merupakan suatu hal yang sering kita jumpai dalam kehidupan bermasyarakat, berorganisasi, bekerja, berwirausaha, berkeluarga dan lain-lain. Kemajuan dan kemunduran suatu organisasi dapat terlihat dalam system kepemmpinan organisasi tersebut. Islam sebagai rahmatal lil’alamin telah menggaris bawahkan persoalan tentang kepemimpinan. Umat islam berkiblat pada kepemimpinan Rosulullah Sollallohu’alaihi wassalam sebagaimana beliau merupakan panutan seluruh umat islam di dunia.
Dalam sebuah kepemimpinan tidak dapat dipisahkan dengan datangnya berbagai konflik-konflik yang muncul untuk menguji seberapa kuat kepemimpinan itu terlaksana. Masalah yang terjadi selalu datang dalam lingkup eksternal maupun internal. Dalam makalah ini saya akan sedikit memaparkan berbagai macam masalah terkait kepemimpinan dalam islam.

1.2. RUMUSAN MASALAH
            Apa saja persoalan atau masalah yang sedang dihadapi oleh islam?
1.3. TUJUAN PEMBAHASAN
            Diharapkan seluruh mahasiswa untuk selalu waspada dalam menghadapi berbagai masalah dalam islam dan tidak mudah terpengaruh oleh munculnya paham atau organisasi baru yang dapat merusak umat islam.



BAB II
PEMBAHASAN

2.1 LEMAHNYA KEPERCAYAAN
            Kebanyakan umat islam zaman sekarang lebih mengutamakan ilmu-ilmu lain dibandingkan ilmu agama nya sendiri. Mereka pun mengabaikan ilmu Ulama-ulama terdahulu yang sejatinya mereka adalah penyiar ilmu agama Islam. Manusia akan semakin kuat  kepercayaannya ketika sedang diberi cobaan oleh Allah Subhanahu wata’ala. Ketika manusia sedang diuji oleh Allah SWT, otomatis mereka akan melakukan hal-hal yang baik dengan niatan bahwa Allah akan meringankan cobaan-cobaan nya, seperti dengan sholat, membantu teman, shodaqoh kepada fakir miskin, berbakti kepada orang tua dan lain sebagainya. Akan tetapi, setelah cobaan berakhir, manusia akan kembali seperti semula, yaitu melupakan seluruh pemberian yang telah Allah berikan kepada mereka.
            Kemudian, tidak adanya ukhuwah Islamiyah. Kita menjadi terpecah belah, kita dipecah belah oleh aliran kepercayaan, aliran-aliran dalam Islam, organisasi-organisasi dan dipecah oleh partai-partai hingga sampai hari ini umat Islam menjadi berkeping-keping. Rasulullah SAW mensinyalir yang artinya “hampir tiba masanya dimana bangsa-bangsa lain itu akan mengeroyok dan menyerbu umat Islam seperti makanan di atas meja hidangan”.
Lalu sahabat merasa heran kemudian bertanya kepada Rasul “apakah jumlah kami waktu itu sedikit, sehingga kami dikeroyok dan diserbu sedemikian rupa seperti makanan yang mau dihidangkan ? “. Kemudian nabi menjawab “tidak, bahkan jumlah kamu ketika itu banyak dan mayoritas tetapi jumlah kamu tidak memiliki kwalitas dan terpecah satu dengan yang lain, akhirnya kondisi semacam ini hanya banyak tetapi tidak mempunyai kwalitas seperti buih yang ada dilautan”.
Ternyata penyebab utama kata Rasul adalah “di dalam dada umat Islam itu tertancap penyakit wahn, sahabat bertanya apa penyakit wahn itu ya Rasul, kemudian di jawabnya dengan “cinta dunia dan takut mati”.
2.2 MUNCULNY A KEDIKTATORAN
Kediktatoran yang muncul dalam islam tentu akan menjadi masalah yang hal itu akan melemahkan islam di dunia. Di era modern ini sungguh banyak organisasi-organisasi islam yang bukanya saling menguatkan satu dintara yang lainnya justru saling menjatuhkan. Hal ini disebabkan perbedaan ideologi yang terjadi pada umat islam. Perbedaan ideologI juga dapat disebabkan oleh bermacam-macam tempat menuntut ilmu para umat islam sehingga mereka akan menentang susatu ilmu yang  tidak searah dengan pemikiran mereka. Munculnya terorisme yang mengatasnamakan islam juga dapat membawa citra buruk agama islam. Sebagai contoh ISIS yang sedang booming akhir-akhir ini. Ada yang berpebdapat bahwa ISIS merupakan hasl karya dari western yang memang sengaja dibuat untuk menghancurkan agama islam di dunia ini.
2.3 RIVALITAS YANG TIDAK SEHAT
Organisasi-organisasi yang muncul di Era sekarang bukannya saling mendukung akan tetapi saling menjatuhkan dengan yang lainnya. Terdapat faktor yang beragam terkait dengan kemunculan berbagai aliran dan mazhab dalam Islam. Di antaranya adalah ketidakpedulian sekelompok umat Islam terhadap wasiat-wasiat dan ucapan Rasulullah Saw sehubungan dengan masalah khilafah dan keimamahan Ali As, menyusupnya para pemeluk agama lain di kalangan umat Islam, percampuran dan pertukaran budaya dengan mereka, adanya jarak masa yang jauh antara umat Islam dengan ajaran Islam yang orisinil dan pengetahuan Ahlubait As, adanya pelarangan atas penulisan hadis-hadis Nabi Saw hingga berlangsung satu abad lamanya, campur tangan tangan-tangan jahil para khalifah Bani Umayyah dalam membuat hadis-hadis palsu dalam memuji sebagian sahabat yang munafik, campur tangan para khalifah Bani Umayyah dan Bani Abbasiyyah dengan menciptakan perselisihan mazhab di antara kaum muslimin dengan tujuan menangkap ikan di air keruh untuk tujuan agar tetap dapat mempertahankan kekuasaan mereka, kebodohan umat dan terpengaruhnya mereka dengan berbagai propaganda busuk.
Di kalangan khulafa dan para pejabat mereka, terdapat beberapa kelompok yang mempunyai tujuan yang bermacam-macam. Dengan mengamati kondisi itu kita melihat bahwa:
1.     Sebagian mereka masih tetap menyimpan rasa dengki yang mendalam terhadap Ali dan Zahra As. Kedengkian mereka itu pun pada masa hayat Rasulullah Saw pernah mereka tampakkan dalam bentuk yang beragam, sekalipun nampak lemah. Hal ini sebagaimana disinggung di dalam kitab-kitab Sunni dan Syi’ah.
2.     Sebagian kelompok lainnya dengan sengaja memilih Islam dengan tujuan untuk memperoleh kedudukan dan kekuasaan. Mereka ini senantiasa mencari-cari dan menunggu-nunggu kesempatan yang tepat. Sehingga pada saat rihlah dan wafat Rasulullah Saw, sementara Ali As dan keluarganya masih sibuk mengurus jenazah beliau, mereka menggunakan kesempatan ini untuk meraih kursi khilafah.
3.     Sebagian lainnya terpaksa masuk Islam ketika terjadi peristiwa ditaklukkannya kota Makkah (fath Makkah), karena mereka merasa bahwa nyawanya terancam. Kelompok ini senantiasa berpikir untuk merubah dan bahkan memusnahkan dasar-dasar Islam. Bani Umayyah adalah dari anak keturunan kelompok ini.
4.     Di antara mereka terdapat sekelompok kaum munafikin dari bangsa Arab dan Yahudi. Mereka ini juga senantiasa mencari jalan untuk dapat merubah dan menyelewengkan agama Islam dan menghancurkan kaum muslimin.
5.     Terdapat juga sekelompok ulama Yahudi yang berhasil mendekati dan memasuki pintu-pintu khalifah Bani Umayyah. Mereka juga dikenal sebagai muballig, khatib dan muhaddis Islam kemudian turut andil dalam upaya merusak ajaran Islam yang murni.
6.     Yang lainnya adalah orang-orang jahil, para penasihat dan pemalsu hadis. Mereka ini bahu membahu demi untuk dapat mencapai tujuan jahat dan mengeruk materi dunia.
7.     Para ulama dan ilmuan yang tidak loyal. Mereka menjadikan Al-Qur’an dan hadis-hadis Nabi Saw sebagai modal untuk mencari kekayaan dan kedudukan, dan mereka mangambil jarak yang jauh dari para Imam suci Ahlulbait As yang merupakan guru-guru besar mereka dan pembawa risalah Islam. Mereka sibuk menafisrkan Al-Qur’an, padahal tidak memiliki pengetahuan yang cukup tentang Al-Qur’an dan hadis-hadis Nabi saw serta tidak memiliki ilmu-ilmu grammar bahasa Arab yang mendalam. Setiap kelompok mengikuti pandangan seorang ulama tertentu.
8.     Masyarakat awam yang tidak mempunyai pendirian dan sikap terhadap berbagai peristiwa. Mereka juga jauh dari hidayah para Imam Ahlulbait As sehingga mempunyai akidah dan keyakinan yang menyimpang, seperti keyakinan terhadap hidupnya Zaid bin Ali As yang selama beberapa waktu jasadnya dibiarkan, atau meyakini hidupnya Ismail bin Ja’far As (yang telah dimakamkan oleh ayahnya sendiri) dan meyakini keimamahannya.
9.     Dan terakhir gerakan adidaya dunia dan Zionis Israel. Untuk tujuan memusnahkan Islam dan menghancurkan kaum muslimin, mereka menciptakan kelompok-kelompok dan aliran-aliran sesat seperti aliran Bahaiyah, Wahabiyah, Taliban, dan lain-lain[1].
2.4 FUNDALISME DAN RADIKALISME
Dewasa ini kita mengenal istilah “fundamentalisme Islam” atau “Islam fundamentalis”. Istilah ini cukup populer dalam dunia media massa, baik yang berskala nasional maupun internasional. Istilah “fundamentalisme Islam” atau “Islam fundamentalis” ini banyak dilontarkan oleh kalangan pers terhadap gerakan-gerakan kebangkitan Islam kontemporer semacam Hamas, Hizbullah, Al-Ikhwanul Muslimin, Jemaat Islami, dan Hizbut Tahrir Al-Islamy. Penggunaan istilah fundamentalisme yang ‘dituduhkan’ oleh media massa terhadap gerakan-gerakan kebangkitan Islam kontemporer tersebut, disamping bertujuan memberikan gambaran yang ‘negatif’ terhadap berbagai aktivitas mereka, juga bertujuan untuk menjatuhkan ‘kredibilitas’ mereka di mata dunia.
Pada dasarnya, fundamentalisme Islam bergelora melalui penggunaan bendera jihad untuk memperjuangkan agama. Suatu ideologi yang kerap kali mempunyai fungsi menggugah militansi dan radikalisasi umat. Selanjutnya, fundamentalisme ini diwujudkan dalam konteks pemberlakuan syariat Islam yang dianggap sebagai solusi alternatif terhadap krisis bangsa. Mereka hendak melaksanakan syariat Islam secara kaffah dengan pendekatan tafsir literal atas al-Quran.
Mereka akan berusaha sebaik-baiknya dalam menjalankan syariat agama sesuai dengan ajaran dan tuntunan Rasulullah SAW. Pada dasarnya, ajaran dan tuntunan Rasulullah adalah sama dari asalnya, namun para pengikut mempunyai pemahaman yang berbeda sehingga menimbulkan tafsir yang berbeda.

BAB III
KESIMPULAN
            Masalah masalah dalam kepemimpinan islam yang ada saat ini seperti lemahnya kepercayaan, munculnya kediktatoran, rivalitas yang tidak, fundamentalisme dan radikalisme. Semua permasalahan tersebut sejatinya adalah suatu cobaan atau bahkan memang sebuah siklus dimana islam sedang berada pada suatu keadaan yang buruk dengan perpecahanya sehingga sering kita katakan bahwa umat zaman sekarang adalah umat akhir zaman untuk itu hal ini merupakan sebuah kejadian yang memang akan terjadi dimana umat islam terpecah dan akan disatukan oleh imiam mahdi sesuai dengan kepercayaan dalam islam sendiri. Memang selain karena hal ini adalah takdir atau siklus, kejadian seperti hal diatas sebenarnya juga berangkat dari ketidak pahaman seseorang mengena agama dan kegelisahan yang melanda umat sehingga muncul adanya keinginan memurnikan agama islam berangkat dari gerakan tersebut muncul gerakan yang radikal sehingga memunculkan sifat persaingan antara aliran atau antar agama yang tidak sehat kemudian juga masyarakat awam takut untuk belajar agama islam dikarenanakan takut akan kesalahan dalam memegang aliran dalam arti lain orang islam  pun kepercayaanya mulai lemah kepada agamanya sendiri.




[1] http://www.islamquest.net/id/archive/question/fa2381

Rabu, 08 Juli 2015

biography dan kisah singkat hayam wuruk



biography dan kisah singkat hayam wuruk
Nama Lengkap             : Hayam Wuruk
Tempat Tahun Lahir    : Majapahit,1334
Nama Ayah                   : Sri KertaWardhana (Chakra Dhara)
Nama Ibu                      : Tribhuwana Tunggadewi
Nama Istri                     : Sri Sudewi bergelar Padukasori
Kedudukan                   : Raja keempat Kerajaan Majapahit (1351 – 1389)
         Di masa pemerintahanya sejak tahun 1351- 1389, selama tiga puluh delapan tahun itu, Hayam Wuruk telah membawa seluruh rakyat Majapahit, Wilwatikta Agung, ke puncak kejayaan dan keemasan. Membawa seluruh rakyatnya mengalami kemakmuran, kesejahteraan dan keadilan. Setiap perayaan agung di pusat kerajaan dimeriahkan oleh seluruh rakyat tanpa kecuali.[1]           
         Di usia 16 tahun Hayam Wuruk telah mampu mengantar kerajaan mencapai puncak kejayaan. Hayam Wuruk memimpin kerajaan Majapahit hingga mempunyai pengaruh yang cukup besar di Asia terutama di Asia tenggara.[2]
        
         Hayam Wuruk merupakan raja yang sangat terkenal di nusantara bahkan pada masa pemerintahanya dikenal di kancah internasional. Banyak jasa yang telah Hayam Wuruk torehkan dalam sejarah nusantara dimana masa kejayaanya yang perlu kita banggakan dan dijadikan motivasi dalam memajukan negara Indonesia saat ini yang telah jauh terpuruk dibandingkan masa kejayaan Majapahit dibawah pimpinanya. Saya akan mengulas beberapa kisahnya dalam memerintah kerajaan Majapahit lmulai dari system pemerintahanya sampai kejayaan kejayaan yang telah dicapai.
A.    System pemerintahan
sistem pemerintahan dan politik Majapahit sudah teratur dengan baik dan berjalan lancar. Konsep politik ini menyatu dengan konsep jagat raya, yang melahirkan pandangan cosmoginos. Pada masa pemerintahan Hayam Wuruk Majapahit telah mencapai puncak keemasan dan kejayaannya. Majapahit juga memiliki susunan birokrasi yang teratur pada masa pemerintahan Hayam Wuruk, dan kelihatannya struktur dan birokrasi tersebut tidak banyak berubah selama perkembangan sejarahnya[3].
Raja dibantu oleh sejumlah pejabat birokrasi dalam melaksanakan pemerintahan, dengan para putra dan kerabat dekat raja memiliki kedudukan tinggi. Perintah raja biasanya diturunkan kepada pejabat-pejabat di bawahnya, antara lain yaitu:
1.      Rakryan Mahamantri Katrini, biasanya dijabat putra-putra raja
2.      Rakryan Mantri ri Pakira-kiran, dewan menteri yang melaksanakan pemerintahan
3.      Dharmmadhyaksa, para pejabat hukum keagamaan
4.      Dharmma-upapatti, para pejabat keagamaan
Dari ke empat pejabat diatas ada satu pejabat yang terpenting yaitu Rakryan Mapatihatau Patih Hamangkubhumi dalam Rakryan Mantri ri Pakira-kiran. Pejabat ini dapat dikatakan sebagai perdana menteri yang bersama-sama raja dapat ikut melaksanakan kebijaksanaan pemerintahan. Selain itu, terdapat pula semacam dewan pertimbangan kerajaan yang anggotanya para sanak saudara raja, yang disebut Bhattara Saptaprabhu.
Dalam susunan birokrasi demikian, semakin dekat hubungan seseorang dengan raja maka akan semakin tinggi pula kedudukannya dalam birokrasi kerajaan. hubungan negara dengan desa begitu rapat seperti singa dengan hutan. Jika desa rusak, negara akan kekurangan bahan makanan “Negara dan desa bersambung rapat seperti singa dan hutan, Jika desa rusak, negara akan kekurangan bahan makanan, Kalau tidak ada tentara, negara lain mudah menyerang kita, Karenanya peliharalah keduanya, itu perintah saya”[4]
Selama masa pemerintahan Hayam Wuruk  (1350 s.d. 1389) ada 12 wilayah di Majapahit, yang dikelola oleh kerabat dekat raja. Hierarki dalam pengklasifikAsian wilayah di kerajaan Majapahit dikenal sebagai berikut:
1.      Bhumi: kerajaan, diperintah oleh Raja
2.      Nagara: diperintah oleh rajya (gubernur), atau natha (tuan), atau bhre (pangeran atau bangsawan)
3.      Watek: dikelola oleh wiyasa,
4.      Kuwu: dikelola oleh lurah,
5.      Wanua: dikelola oleh thani,
6.      Kabuyutan: dusun kecil atau tempat sakral.[5]
                                    Majapahit pada pemerintahan Hayam Wuruk mengalami kejayaannya dan semua itu pun tidak luput dari jasa patihnya yang sangat kuat dan terkenal dengan sumpah Palapa yaitu patih Gajah Mada. Wilayah kekuasaan Majapahit pada saat itu meliputi semua kepulaun Nusantara termasuk Singapura dan sebagian kepualaun Filipina. Dari semua itu dapat dilihat betapa besarnya wilayah kekuasaan Majapahit dan sudah dapat ditebak bahwa kekuatan bala tentaranya sangat kuat. Dan pada masa pemerintahan ini pun ternyata  Semboyan Bhineka tunggal Ika di cetuskan dalam Kitab Kakawin Sutasoma (yang memuat semboyan Bhinneka Tunggal Ika tan Hana Dharma Mangrwa). Dan yang sangat menakjubkan lagi pada saat itu tatanan pemerintah Majapahit sudah tertata dengan sistem yang rapi. Tidak heran apabila kerajaan Majapahit pada masa pemerintahan Raja Hayam Wuruk ini sangat berjaya. Selain tatanan sistem pemerintahannya yang rapi, Majapahit pada saat itu sudah mengenal hubungan diplomatik dengan luar negeri, Seperti, Mitreka Satata, yang secara harafiah berarti "mitra dengan tatanan (aturan) yang sama". Dengan hal ini telah menunjukkan bahwa Hayam Wuruk sangat pandai dalam mengatur strategi pemerintahannya.[6]
B.    Masa kejayaan nasional dan internasional
Hayam Wuruk sangat memperhatikan pertanian dan perdagangan kemudian  menjadikan Tuban sebagai salah satu pusat perdagangan Majapahit. Berdasarkan pada  berita Cina bernama Wng Ta-Yuan yang menggambarkan pulau Jawa yang padat penduduknya, tanahnya subur dan banyak menghasilkan padi, lada, garam, kain, dan burung kakatua yang semuanya merupakan barang ekspor. Hayam Wuruk berusaha untuk menyejahterakan rakyatnya dengan membuat saluran pengairan, pembuatan bendungan, dan pembukaan tanah baru untuk berladang.
Kehidupan pada masa Majapahit dipimpin oleh Hayam Wuruk aman, damai, dan tenteram. Dalam kitab negarakartagama disebutkan bahwa Hayam Wuruk melakukan perjalanan keliling ke daerah daerah terpencil untuk mengetahui kondisi masyarakatnya akan kemajuan dan kesejahteraan yang ia canangkan, perlindungan terhadap rayat sangat diperhatikan. Demikian pula terhadap peradilan dilaksanakan secara ketat tanpa pandang bulu.
Majapahit dimasa pemerintahan Hayam Wuruk dan patih gajah mada telah diciptakan hokum atau perundang undangan Majapahit. Kitab dan hokum itu disebut kutaramanawa yang termuat dalam dua piagam yaitu piagam bendasari dan trowulan. Sebagai contoh dapat dikemukakan beberapa bab, antara lain sebagai berikut:

Bab I   : ketentuan umum mengenai denda.
Bab II : delapan macam pembunuhan (astadusta).
Bab III : perlakukan terhadap rakyat (kawula).
Bab IV : delapan macam pencurian (astacorah).
Bab V : paksaan (sahasa).
Bab VI : Jual beli (adol-atuku).
Bab VII: gadai (sanda).
Bab XI : perkawinan (kawarangan).
Bab XIII : warisan (drewe kaliliran).
Bab XVIII : wanah (bhumi).
Bab XX : fitnah (duwilatek)
[7]
Kerajaan Majapahit dibawah pimpinan Hayam Wuruk bersama gajah mada sebagai maha patihnya menjadi sejarah nusantara yang sempat berjaya dimasa lalu. Sumpah palapa yang diucapkan gajah mada dimaksud untuk mengamankan jalur perdagangan dari maluku sampai selat malaka dan menguasai kerajaan kerajaan sekitar.selat malakapun menjadi jalur pusat perdagangan di Asia. Dengan menguasai jalur perdagangan, Majapahit mengalami kemajuan ekonomi yang pesat dan mencapai kebesaranya. Untuk upaya tersebut Majapahit melakukan berbagai upaya termasuk perkawinan politik dengan kerajaan malaka.
Kesuksesan Gajah Mada dalam menaklukan daerah dan mengamankan jalur perdagangan serta prestasi lain tak bisa dilepaskan dari seorang raja yang memiliki kebesaran hati, Hayam Wuruk. Banyak orang menilai Hayam Wuruk adalah raja yang lemah, membiarkan Gajah Mada menjadi Matahari di Majapahit. Kebanyakan Raja tidak menginginkan adanya matahari kembar dalam kepemimpinannya sehingga tak membiarkan munculnya sosok seperti Gajah Mada. Disitulah letak  kepemimpinan yang berbeda dari seorang Hayam Wuruk. Terlebih lagi setiap keputusan dari Hayam Wuruk harus mendapat persetujuan dengan gajah mada begitu juga sebaliknya. [8]
C.    Karakteristik kepemimpinan islam dan Hayam Wuruk
Selama masa kejayaan hayam wuruk memang agama islam belum masuk namun tipe pemerintahan yang dijalankan hayam wuruk memiliki karakteristik yang mirip dengan kepemimpinan islam. Hayam Wuruk memiliki karakter tabligh yaitu komunikatif, dapat terlihat dari caranya memerintah yang selalu keliling desa untuk melihat keadaan masyarakatnya hal ini pernah dilakukan oleh nabi SAW dan para sahabat nabi, dalam mencapai sebuah keputusanpun hayam wuruk sebagai raja tidak serta merta bertitah namun beliau harus mendiskusikan bersama petinggi dan mendapat persetujuan dari maha patih gajah mada, artinya praktik musyawarah telah dijalankan dimasa kepemimpinan hayam wuruk yang belum tersentuh islam, dapat terihat kepemimpinan hayam wuruk yang tidak diktator meskipun berbentuk monarki.
Dalam undang undang yang dibuat pada masa pemerintahan Hayam Wuruk juga memiliki sedikit kesamaan dengan islam seperti perpasalan warisan, perkawinan dan penghukuman. Dapat dilihat Hayam Wuruk memiliki kecerdasan yang tinggi dalam menjalankan sebuah kerajaan yang sistem serta tipe kepemimpinanya banyak ditiru oleh pemimpin modern saat ini.

DAFTAR PUSTAKA
Hayam wuruk(paduka bhatara sri rajasanagara),wacana nusantara, <http://www.wacananusantara.org/hayam-wuruk-sri-rajasanagara-1334-1389/>
masmanda Reny, gajah mada dan hayam wuruk, salam nusantara, <http://rennymasmada.com/?p=401>
Muljana  Slamet. Menuju Puncak Kemegahan (LKIS, 2005)
Pemimpin bervisi maritim(gajah mada, adipati unus dan habibie), kompasiana, <http://www.kompasiana.com/syahid_arsjad/pemimpin-bervisi-maritim-gajah-mada-adipati-unus-dan-habibie_55292548f17e61a03f8b45cf>
Poesponegoro & Notosusanto (1990), hal. 451-456.
Poesponegoro & Notosusanto (1990)
Ricklefs (1991), 36-37
Sejarah kerajaan maja pahit (politik ekonomi dan social budaya dan sumber sejarah,<http://www.materisma.com/2014/04/sejarah-kerajaan-majapahit-politik.html>



[1] Reny masmanda, gajah mada dan hayam wuruk, salam nusantara, <http://rennymasmada.com/?p=401>
[2] Hayam wuruk(paduka bhatara sri rajasanagara),wacana nusantara, <http://www.wacananusantara.org/hayam-wuruk-sri-rajasanagara-1334-1389/>
[3] Poesponegoro & Notosusanto (1990), hal. 451-456.
[4] Slamet Muljana. Menuju Puncak Kemegahan (LKIS, 2005)
[5] Ricklefs (1991), 36-37
[6] Poesponegoro & Notosusanto (1990)
[7] Sejarah kerajaan maja pahit (politik ekonomi dan social budaya dan sumber sejarah,<http://www.materisma.com/2014/04/sejarah-kerajaan-majapahit-politik.html>
[8] Pemimpin bervisi maritim(gajah mada, adipati unus dan habibie), kompasiana, <http://www.kompasiana.com/syahid_arsjad/pemimpin-bervisi-maritim-gajah-mada-adipati-unus-dan-habibie_55292548f17e61a03f8b45cf>

Dampak Keputusan ICJ (International Court of Justice) Terhadap Hubungan Indonesia Dan Malaysia

            Keputusan ICJ (International Court of Justice) atas kepemilikan pulau Sipadan dan Ligitan berdampak pada hubungan kedua N...